Pernikahan adalah sebuah komitmen yang harus dijalani bersama dengan pasangan. Namun, tidak semua pernikahan berjalan mulus. Ada kalanya pasangan saling memperlakukan dengan kasar dan tidak sopan, yang disebut dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, meskipun menghadapi KDRT, beberapa perempuan tetap memutuskan untuk bertahan dalam pernikahan tersebut.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Interpersonal Violence, alasan utama perempuan tetap bertahan dalam pernikahan yang penuh KDRT adalah karena mereka merasa khawatir akan bagaimana anak-anak mereka akan terpengaruh jika mereka bercerai. Selain itu, beberapa perempuan juga merasa tidak memiliki dukungan sosial atau finansial untuk meninggalkan pernikahan tersebut.
Studi lain yang dipublikasikan dalam Journal of Family Issues menemukan bahwa perempuan yang mengalami KDRT juga sering kali merasa tidak memiliki pilihan lain selain tetap bertahan dalam pernikahan. Beberapa di antaranya merasa tidak memiliki tempat tinggal yang aman atau tidak memiliki pekerjaan yang stabil untuk mempertahankan diri dan anak-anak mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa meninggalkan pernikahan yang penuh KDRT sangat sulit. Namun, penting untuk diingat bahwa KDRT tidak hanya merugikan perempuan yang mengalaminya, tetapi juga merugikan anak-anak dan keluarga mereka. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami KDRT, segera temukan dukungan dan bantuan yang diperlukan.
Alasan Lainya Perempuan Tetap Bertahan dalam Pernikahan Penuh KDRT
Selain alasan-alasan yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa alasan lainnya yang mungkin membuat perempuan tetap bertahan dalam pernikahan yang penuh KDRT. Beberapa di antaranya adalah:
Merasa kalau kejadian ini yang terakhir
Beberapa perempuan mungkin berpikir bahwa kekerasan yang mereka alami hanyalah sekali saja, dan tidak akan terulang lagi di masa depan. Namun, kekerasan dalam rumah tangga seringkali merupakan pola yang berulang-ulang, dan perempuan harus berhati-hati dan waspada.
Percaya bahwa pasangannya masih mencintainya
Beberapa perempuan mungkin masih merasa cinta pada pasangannya meskipun mengalami kekerasan. Mereka mungkin berpikir bahwa pasangan mereka hanyalah tidak dapat mengendalikan diri dan bahwa kekerasan tersebut bukanlah refleksi dari perasaan cinta pasangan terhadap mereka.
Menganggap kalau dirinya yang bersalah
Beberapa perempuan mungkin merasa bersalah atas kekerasan yang mereka alami, dan berpikir bahwa mereka adalah yang salah. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa enggan untuk meninggalkan pernikahan tersebut.
Masih berharap suaminya akan berubah
Beberapa perempuan mungkin masih berharap bahwa pasangan mereka akan berubah dan tidak lagi melakukan kekerasan. Namun, kekerasan dalam rumah tangga sangat sulit untuk diubah tanpa bantuan profesional.
Takut dengan pembalasan dari pelaku
Beberapa perempuan mungkin takut akan pembalasan dari pelaku kekerasan jika mereka meninggalkan pernikahan tersebut. Ini adalah alasan yang sangat valid untuk tetap bertahan dalam pernikahan, dan perempuan harus mendapatkan dukungan dan perlindungan yang diperlukan.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah yang serius dan tidak boleh diabaikan. Perempuan yang mengalami kekerasan harus tahu bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa bantuan tersedia. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kekerasan dalam rumah tangga, segera cari bantuan profesional.
Referensi:
Journal of Interpersonal Violence, “Why Do Women Stay? A Study of Battered Women’s Decision Making“
Journal of Family Issues, “Why Do Battered Women Stay? An Empirical Analysis of Domestic Violence“